Hampir semua agama-agama yang
mempunyai kitab suci, mesti ada kesamaan dalam pola pikir dan
permasalahan-masalahnnya. Mulai dari perbedaan aliran, pendapat, dan lain
sebagainya.
"Terorisme
adalah mood of thought."
Dalam
Islam, ‘tahu’ ada hirarkinya. Muktazilah punya dua cabang ‘politik’ dan
‘intelektual’. Dan yang berkembang dari cabang intelektual. Fenomena ini yang mendasari kehancuran sunny di
Irak.
Menurut Qadhy abdul Jabar (Tokoh
Muktazilah) Tentang Tahu, yaitu:
Jahl
Tidak paham hakekat yang
diketahui. Sebenarnya
tidak tahu. Tahu level pertama. Jahl menurut Al-ghozali: ‘Tidak tahu tapi merasa tahu’.
Taqlid
Tidak
tahu tapi dia tahu kalau dia tidak tahu. Maka sebagai jalan keluarnya dia
mengikuti sesuatu atau orang lain. Taqlid merupakan tahu level kedua. Karena untuk tahu kepada
siapa yang pantas untuk diikuti juga membutuhkan pemahaman tersendiri.
Bukan
Taqlid buta. Taklid
itu natural. Seperti resep dokter dan sebagainya. Sains berkembang juga
karena taklid. Karena mengikuti hasil penelitian sebelumnya.
Zann (Prasangka)
Belum sampai ke ilmu.
Dalam kaitannya dengan agama terkait dengan Ittiba’ yang kemudian menjurus kepada taklid tapi dia mengetahui sebagaian
dasar dari yang diikuti.
Zann merupakan tahu level ketiga. Pengetahuan tanpa data konkrit, misalnya dengan mendengarkan
musik akan membuat jiwa menjadi lembut, dll.
Di dalam Quran sudah dikatakan bahwa: ‘Inna ba’dho Dhonni Ismun’. Di dalam bahasa Ibnu taimun
sebagian Zann itu gosip. Zann untuk orang itu Ghibbah.
‘Ilm (Makrifah)
Dalam bahasa arab
baru, pengetahuan bukan sains. Cirinya makrifah ada
2, yaitu:
1. Ada bukti
objektifnya. ‘Ala Ma Huwa Bihi. Korespondensi.
kesesuaian antara preposisi dan kenyataannya.
2. Aspek Sukun al nafs. Tenangnya jiwa. Kriteria
subjektif, bukan jangan-jangan, masih
mengejar-ngejar dan lain sebagainya.
Antara Zann dan Makrifat beda
tipis. Kadang-kadang bisa keliru.
Sumber-Sumber Pengetahuan di dalam Epistemologi Islam
Di barat (Eropa), asumsi-asumsinya cenderung
positivistik. Percaya pada realitas empiris dan memakai analitis rasional. Dan
tidak terlalu konsen dengan Metafisik. Maksusat dan Makkulat. Menurut barat,
aspek metafisik adalah Meaningless, pasti—tidak—pasti. Artinya Spekulasi.
Coopel mengkritiknya “walaupun meaningless tapi pasti secara
fungsional pasti ada gunanya”. Demikian halnya dengan agama.
Selain realitas dan akal, di dalam
islam juga menambahkan Khabar yang dianggap otoritas (Kaitannya dengan Nash).
Dalam khabar yang dipercaya ada 3 jenis:
a. Mau gak mau harus percaya, lewat
manusia, cirinya:
1.
Orang yang mengasih tahu yakin, pasti, melihat sendiri, dll. Otoritatif. Punya
pengetahuan langsung.
2. Jika yang
meriwayatkan lebih dari 4 orang.
3.
Ada bukti nyata. Ada data empiris. Korespondensi. Tidak perlu dilihat
pembawanya.
b. Lewat referensi. Istidlal. Cara berfikir inferensial.
Sebuah pernyataan yang sumbernya
diyakini benar. Misalkan Quran dan hadits. Atau dinyatakan oleh ahlinya. Atau
ada bukti konstekstual.
c. Khabar Wahid. hadits Ahad. Orang
ke orang.
3 Metode Pengetahuan di Dalam Epistemologi Islam
1. Bayani : Ilmu2 tentang bayan.
Membahas yang berhubungan tentang Teks. Karena sumber otoritatif dasarnya
adalah teks.
2. Irfani : Intuitif. Pengalaman langsung. Namanya Ilmu Khudluri (sifatnya pengalaman langsung, hadir di dalam
dirimu). Know How.
3. Burhani: Memakai akal, rasio,
analisis, konsep. Namanya Ilmu Khushuli
(sifatnya deskriptif). Know That.
Wahyu kauniyah: Irfani dan
Burhani. Wahyu Qouliyah: Bayani
1.
Bayani
Bayani adalah nalar paling dasar dalam islam.
Sumbernya:
a.
Teks, Nash, Wahyu. Nalarnya grafis. Cara mengujinya dengan cara inferensial.
Dicek referensinya. Otoritas teks.
b. Khabar. Ijma’, yaitu toritas person.
Metodenya: ijtihadiyah, istidlaliyah, istinbatiyah, istintajiyah, dll.
Ijtihadiyah
Mengambil prinsip Nash kemudian mengeluarkan ide baru. Polanya kreatif. Islam mandek karena
pintu ijtihad ditutup. Ijtihad jika benar pahala dua, jika salah pahalanya
satu.
Istinbath
Setia dengan bunyi teks kemudian dicari derivasinya. Misalkan tentang adil
dalam memperistri empat. Merumuskan norma, hukum berdasarkan teks. Banyak ayat
quran secara simbolik.
Istintajiyah
Merupakan metode Deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari bunyi teks. Misalkan ayat
hargailah orang tuamu. Hargailah orang lain. Pertimbangan culture, dan lain sebagainya.
Istidlaliyah
Merupakan metode Induksi, yaitu mmbuat abstraksi dari teks khusus, dari hidup
sehari-hari kemudian dicarikan ayatnya.
c. Qiyas (Qiyas Ghaib ‘ala Syahid), yaitu metode Analogi. Ada kedekatan jenis, dan
lain sebagainya. Misalnya Khammr. Kebanyakan
dalam agama adalah ghoib. Metafisika. Eskatologi membutuhkan media
pemahaman. Menggunakan yang kelihatan (Syahid)
untuk memahami yang ghoib.
Fungsi
dan peran Akal dalam bayani.
1. Sebagai
pengekang/ pengatur hawa nafsu. Biar tidak memanipulasi ataupun memperkosa ayat
untuk kepentingan sendiri maupun golongan.
2. Justifikasi.
Akal menyetujui ayat. Contoh mencuri, dll.
3. Repetitif.
4. Taqlidi.
5. Penguatan
kebenaran (otoritas teks). Munculnya ilmu kalam.
2.
Irfani
a. Experince. Intuitif.
b.
Al-Ru’yah al-Mubasyirah. Dalam
tasawuf. Ilmu yang diberikan langsung oleh Allah. Laduni, dll.
c. Direct Experience. Ilmu Hudluri.
Kaitannya dengan rasa.
Metode
Irfani:
a. Al-Dzauqiyah (al-tarjih al
bathiniyah)
b. Al-Riyadlah. Latihan. Uzlah, dll.
c. Mujahadah
d. al-kasyfiyyah. Terbuka mata
bathin.
e. al-Isyroqiyah.
f. al-laduniyah
g. penghayatan bathin. Tasawuf.
Fungsi dan peran akal dalam irfani
Partisipatif.
Al-hads Wa al-wijdan bila washithoh; bila
hijab. Seperti ember yang siap menerima pengetahuan. Tipe Argumennya: ‘atifiyyah –
wijdaniyyah Spirituality (esoteric).
Sumber
Burhani
Realitas/
Al-Waqi’ (alam, sosial, Human). Ilmu Hushuli. Ilmu di sekolahan. Sifatnya
deskriptif. Tidak ada jaminan akan berpengaruh di dalam hidup yang nyata.
Relevan dan tidak.
Metode
dan prosedur burhani:
a. Abstraksi, yaitu berpikir Konseptual. Naik dari fakta menuju konsep.
Pembacaan simbol. Emmanuel Kant pernah membahasanya dalam cerita
Bola.
b. bahtsiyah, yaitu Diskursif (berpikir rasional).
c. tahliliyah, yaitu metode Analistis.
d. Naqdiyah (al-muhkamah al- aqliyah), yaitu metode Kritis.
Fungsi
dan peran akal Burhani:
Heuristik
– analitik – kritis yang puncaknya adalah membuat konsep baru, membuat argumen, mengkritisi. idraku al- sabab wa
al- musabbab. Sebab—akibat. Percaya kausalitas.
David
hume tidak percaya sebab-akibat. Ia menerangkannya dalam sebuah Cerita benjolan dan pukulan.
Menurut Ghozali:
sebab-akibat itu tidak pasti. Ada intervensi Allah.
Tipe
Argumen Burhani, yaitu Demonstratif (Eksploratif, yaitu penjelajahan objek, verifikatif yaitu pembuktian benar dan salah, Eksplanatif, yaitu penjelasan apa adanya). Rasional—empiris.
Pendapat Henry
Backon tenntang Intuisi, "Continuity
and change. Tidak ada keorisinalitasan dalam ilmuan."
Islam
mengambil realismenya Aristoteles. Melalui helenismenya Alexander the great.
EmoticonEmoticon