Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ontos/ On yang berarti wujud, being, ada dan Logos yang berarti Ilmu. Secara definitif, ontologi yaitu ilmu yang menjelaskan tentang hakekat ada, menjelaskan wujud melalui wujud (being qua being), dan menjelaskan tentang dunia yang sejati.
Pertanyaan utamanya di dalam ontologi adalah what is exist? (apa yang ada?), What is? (apa yang?), dan What is real? (apa yang nyata?)
Segala sesuatu pasti ada wujudnya. Di dunia barat ontologi disebut sama dengan metafisika. Karena sama-sama membahas hakekat. Persepsi atau pemahaman dalam realitas akan menentukan kegiatan sehari-hari.
Being (Yang ada)
Definisi yang ada bersifat universal. Segala sesuatu yang bisa disebut dan bisa dipahami adalah being. Yang ada tidak harus real (nyata). Ia bersifat apriori.
Didalam Islam ada Wajibul-Wujud dan Mumkinul-Wujud. Mereka sama-sama wujud.
Ada, dalam filsafat adalah predikat level 1 (First order predicat). Predikat level 2 adalah atribut. Di atas atribut levelnya adalah realitas. Realitas ada yang sifatnya konkret, sifatnya kenyataan. Di atasnya ada kenampakan. Kenampakan kadang-kadang tidak mewakilkan realitas. Contoh pensil yang dicelupkan air. Hakekatnya pensilnya lurus, akan tetapi yang terlihat di dalam air adalah bengkok.
Kenampakan adalah tampilnya sesuatu. Ketampakan, yaitu penampakannya benar, tetapi karena faktor X sehingga yang tampak tidak sesuai dengan kenyataan, yaitu adanya deviasi objek dan subjek. Persepsi tentang sudut pandang. Jika mau masuk ke hakekat masuklah ke dalam kenyataan. Tetapi, hakekat yang lebih tinggi lebih real masuk ke esensi.
Di atas Kenyataan ada Level Existensi. Secara umum eksistensi dan realitas itu berbeda. Untuk menjadi exist syaratnya harus konkret (bisa dilihat dan dirasa), bersifat publik, menempati ruang dan waktu. Eksistensi berkaitan erat dengan bersifat publik dan konkret. Banyak hal yang real tetapi tidak eksis.
Di balik existensi ada esensi dan substansi.
Esensi
Esensi merupakan kutub yang bersebarangan dengan eksistensi. Esensi adalah dimensi hakekat terdalamnya. Ia bersifat metafisika. Lawannya esensi adalah aksidensi (yang mencakup warna, tinggi, bentuk, dll).
Substansi
Substansi yaitu wadah dari sifat-sifat. Substansi merupakan wadah dari esensi. Contohnya Meja.
Esensi meja adalah tempat menaruh barang. Sedangkan substansinya adalah Kayu. Aksidennya yaitu berwarna coklat, tinggi, dll. Eksistensinya yaitu bisa dilihat dan diraba, berada di ruangan.
Esensi adalah fundamental structure, yaitu inti dari sesuatu. Sedangkan subtansi adalah materi dasarnya. Dan aksiden merupakan sifat-sifatnya, dan ia bisa berubah-ubah.
Dalam bahasa Aristoteles disebut matter and form. Contohnya meja. Matter-nya kayu, dan form-nya adalah meja. Di manapun tempatnya akan tetap sama disebut sebagai meja.
Awal Kajian Ontologi
Mayoritas pengetahuan masa lalu bersandarkan pada mitos. Kemudian masyarakat tidak puas terhadap paradigma metodologi pada masa Thales (Le Thales). Masyarakat melihat adanya keteraturan (order). Sehingga mereka merumuskan pola umum sebagai pegangan keilmuan pada masa Phytagoras (Le Phytagoras).
Metode Ontologis
1. Simple Ontologi (ontologi bersahaja)
Simple Ontologi yaitu pemahaman berdasarkan kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa yang sederhana.
2. Ontologi Kualitatif-Kuantitatif
Ontologi Kuantitatif memuat pertanyaan lebih tinggi mana, membandingkan, tunggal-jamak, asli apa palsu. Sedangkan ontologi kualitatif memuat pertanyaan yang bersifat metafisika. Apa hakekatnya?, bagaimana intinya?. Kualitatif lebih berbobot dan rumit pemikirannya.
Tipe Argumen Ontologi
1. Monisme
Monisme yaitu melihat realitas dan segalanya adalah sama. Perbedaan itu semu. Alam semesta terbuat dari Api, air, dan lain sebagainya. Tokoh yang menonjol yaitu Permenides.
2. Materialisme
Materialisme memandang bahwa hakekat segalanya intinya yaitu ada di materi. Materi menentukan yang non-materi.
3. Idealisme
Mereka mengatakan bahwa realitas yang nyata adalah pada dimensi rohani, ide.
4. Naturalisme.
Pemikirannya mirip dengan materialisme. Mereka mengatakan bahwa seluruh realitas alam semesta hakekatnya adalah alam semesta itu sendiri. Semua yang alami adalah yang benar. Awal-awal filsuf Yunani adalah naturalisme. Puncaknya yaitu pada masa romantisisme.
5. Dualisme
Dualisme berpendapat bahwa materi dan ide itu sama-sama penting. Realitas selalu menjadi dua yang berpasang-pasangan.
6. Pluralisme
Mmereka mengatakan bahwa realitas itu plural. Ada matter, form, dan juga aksiden. Kenyataan itu tergantung persepsi.
7. Empirisisme Logis
Mereka adalah anti-metafisika. Mereka berpendapat bahwa hakekat is meaningless (tidak ada artinya). Setiap individu bisa membuat hakekatnya sendiri-sendiri, tidak bisa diukur dan tidak bisa diverifikasi. Mereka menyatakan bahwa pengetahuan harus bisa diakses secara empiris. Bisa disentuh dengan indrera.
Beberapa pertanyaan lain yang ada pada kajian ontologi, yaitu: Apa itu yang sejati? Apa hekekat alam semesta? Apa yang bisa membedakan realitas dan mimpi? Apa yang membedakan Penampakan yang sejati dan palsu?
Source Images: islaminesia.com
EmoticonEmoticon