materi pelajaran filsafat, cara blogger menghasilkan uang, seo blog, google adsense, blog gratisan, download ebook gratis, materi pelajaran Ilmu Bebas Nilai dan Contohnya (Filsafat Ilmu) - Filocopy.id

Ilmu Bebas Nilai dan Contohnya (Filsafat Ilmu)

Ilmu Bebas Nilai dan Contohnya (Filsafat Ilmu)

Ilustrasi Ilmu bebas nilai dan tidak bebas nilai
Mata kuliah filsafat  atau filsafat ilmu memberikan beberapa pertanyaan dasar yang sering ditanyakan di dalam perkuliahan.

Pertanyaan apakah ilmu bebas nilai? Atau ilmu tidak bebas nilai? Ilmu bebas nilai dan contohnya atau ilmu tidak bebas nilai dan contohnya. Mari kita bahas mulai dari hal yang mendasar berkaitan dengan ilmu dengan nilai.

Kami sajikan pembahasan ini dengan format tanya jawab, sehingga memudahkan untuk dipahami. Pertanyaan-pertanyaan ini juga sering dijadikan tugas di dalam kelas perkuliahan.

1.  Untuk apa ilmu?

Jawaban:

Ilmu diperoleh melalui metode-metode. Mari kita membaginya kedalam 3 bagian:

a.  Sebagai alat penjelas (explain)

Kenapa air laut rasanya asin? Kenapa sehari ada 23.57 (24 jam)? Bagaimana proses terjadinya hujan? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang melingkupi ruang hidup manusia.

Pengetahuan saja tentu tidak bisa memuaskan hati semua orang, karena pengalaman inderawi setiap orang berbeda-beda. Ilmu merupakan pengetahuan-pengetahuan yang sudah melalui metode-metode yang telah disepakati.

Sehingga, ada kebenaran yang bernilai umum. Ilmu sebagai pengetahuan yang sudah melalui tahapan-tahapan tersebut akan lebih mempunyai nilai kebenaran di dalam menjelaskan fenomena.

b.  Sebagai alat prediksi

Apa penyebab banjir? Apa penyebab gunung Meletus? Apa penyebab terjadinya gempa bumi? Fenomena-fenomena tersebut bisa dipelajari menggunakan ilmu.

Jika menyangkut fenomena alam seperti pertanyaan-pertanyaan tersebut dikenal dengan ilmu sains (Geologi, meteorologi, klimatologi, fisika, dll). Jika menyangkut kejiwaan manusia ada ilmu psikologi.

Sehingga, gejala-gejala sebuah fenomena bisa diprediksi akhirnya akan bagaimana. Pegunungan yang digunduli akan menyebabkan tanah longsor dan banjir. Seseorang yang dari kecil hidup di dalam keluarga broken home akan cenderung kasar sikapnya di dalam kehidupannya.

c.  Sebagai alat pengendali

Menurut kami, pada tahapan ini ilmu mempunyai nilai yang tinggi (most value). Ilmu tidak hanya bisa menjelaskan, tetapi ia mempunyai peran kepada tahap yang mempengaruhi Tindakan. Ilmu (seharusnya) bisa mencegah terjadinya pengrusakan hutan, mencegah terjadinya diskriminasi, terjadinya penjajahan, dan lain sebagainya.

Kami tertarik kepada tindakan Profesor Edward Said yang melempar batu ke arah Menara penjaga tantara di Israel, yang tentu menghasilkan kontroversi.

Dari peristiwa tersebut kami menyimpulkan bahwa (sudah seharusnya) ilmu mampu mengendalikan segala macam Tindakan yang mengarah kepada kejahatan atau pengrusakan. Ilmu itu berdiri sendiri, tidak tunduk kepada siapapun. Ilmu pada tahap akhirnya harus mewujudkan keasadaran terhadap sebuah Tindakan.

2.  Sampai batas mana objek kajian ilmu?

Jawaban:

Objek kajian ilmu tidak terbatas. Selama manusia bisa menjangkau dengan akal pikirannya, maka di sanalah ada yang bisa dikaji. 

Namun, ilmu beda dengan pengetahuan. Ilmu bisa disebut dengan ilmu jika sudah melalui tahap pembuktian. Ilmu bisa dibuktikan. Sehingga, ia akan bernilai objektif karena orang lain bisa mengujinya.

Beda dengan pengetahuan yang subjektif, sesuai dengan pengalaman individual. Namun secara kajian, ilmu itu tidak terbatas.

3.  Bagaimana (etika) menemukan (metodelogi)  ilmu?

Jawaban:

Pengetahuan bisa disebut sebagai ilmu Ketika bisa diuji kebenarannya. Alat ujinya disesuaikan dengan metode-metode yang sudah disepakati sesuai dengan bidangnya. Secara umum, ilmu diperoleh Ketika memenuhi dari segi ontology, epistemology, dan aksiologi.

4.  Bagaimana (etika) menggunakan ilmu?

Jawaban:

Ilmu harus mempunyai nilai kebaikan (goodness). Kami membatasi pada lingkup Pendidikan. Ilmu Pendidikan yang baik adalah yang mampu mewujudkan cita-cita Pendidikan itu sendiri, memanusiakan manusia. Ilmu Pendidikan harus menjadikan manusia mencapai kodratnya, yaitu makhluk yang berpikir. 

Ilmu Pendidikan yang tidak etis akan menghasilkan koruptor, penjahat, dan lain sebagainya—atau dengan kata lain menuruti syahwat hewani.

Ilmu memang harus mempunyai nilai guna (value), akan tetapi ia juga harus dilandasi dengan etika. Ilmu yang tidak dilandasi dengan etika akan membawa manusia kepada kiamatnya sendiri. Ilmu nuklir itu berguna Ketika dijadikan sebagai pembangkit listrik. Namun ia akan menjadi bencana Ketika digunakan sebagai senjata. 

Secara pribadi, kami menganggap bahwa etika ini juga seperti dua mata pisau. Di sisi lain, etika bisa mencegah penyalahgunaan ilmu. Namun, di sisi yang lain etika bisa menghambat kebebasan di dalam melakukan kajian-kajian. 

Sehingga, kemajuan ilmu pengetahuan menjadi lambat. Hal ini sangat terasa pengaruhnya terhadap kajian metafisika—Tuhan misalnya.

5.  Apakah Ilmu bebas nilai?

Jawaban:

Ilmu itu objektif, makai ia harus bebas nilai. Ilmu harus berdiri sebagai hakekat ilmu itu sendiri. Ilmu tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun. 

Walaupun ia seorang presiden atau sultan, Ketika ia mau mengukur volume balok maka akan menggunakan rumus yang sama yang dilakukan oleh seorang pengemis misalnya. 

Bebas nilai (value free) ini menjadi bagian penting di dalam nilai ilmu itu sendiri. Hal ini akan sangat Nampak pengaruhnya di dalam kehidupan. Contohnya menyangkut perihal asas persamaan hukum. 

Demikian pembahasan ilmu dan nilai. Ilmu bebas nilai dan contohnya sudah dibahas. Sehingga menjadi jelas bahwa secara hakekatnya ilmu adalah bebas nilai. Ilmu tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk menimbulkan kerusakan. Apalagi, ilmu digunakan sebagai kontra-kebenaran demi kepentingan sebagian kelompok.


1 komentar

  1. Filsafat dewasa ini cuma wacana. Ia tidak mampu menghentikan eksploitasi besar-besaran alam semesta.

    BalasHapus


EmoticonEmoticon

Menu Navigasi Utama

Formulir Kontak