materi pelajaran filsafat, cara blogger menghasilkan uang, seo blog, google adsense, blog gratisan, download ebook gratis, materi pelajaran Evaluasi Pendidikan Ditinjau Dari Landasan Ontologi Epistemologi Dan Aksiologi - Filocopy.id

Evaluasi Pendidikan Ditinjau Dari Landasan Ontologi Epistemologi Dan Aksiologi

Evaluasi Pendidikan Ditinjau Dari Landasan Ontologi Epistemologi Dan Aksiologi
Pendidikan tidak bisa terlepas dari filsafat ilmu. Filsafat sendiri mengkaji tentang yang ada, sebab-sebab, asal, dan hukumnya. 

Sesuai harfiahnya, filsafat mempunyai arti cinta akan kebijaksanaan. Sehingga Pendidikan itu harus mampu menggapai kepada bagaimana menghasilkan manusia yang bertindak seperti manusia, yaitu makhluk yang berpikir dan mempunyai norma-norma. 

Pendidikan harus menghasilkan peserta didik yang berkarakter yang paham terhadap apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan di lingkungan masyarakat. Evaluasi yang dilakukan mengarah kepada bagaimana keterlaksanaan Pendidikan yang mengarah kepada pencapaian itu. Hal ini sekaligus sebagai semangat para peneliti untuk menghadirkan hasil evaluasi yang konstruktive yang mengarah kepada perbaikan-perbaikan 

Pendidikan yang cita-cita luhurnya adalah menghasilkan peserta didik yang manusiawi, bertindak layaknya seorang manusia—yang berpikir dan berperadaban. 

A. Ontologi 
Tentang ada. Tentang hakekat pendidikan itu sendiri. 

Pertanyaan besarnya adalah apa itu Pendidikan? 
Secara lebih spesifik kaitannya dengan evaluasi pendidikan, maka evaluasi Pendidikan harus mampu menjangkau hakekat apa yang sedang dievaluasi. 

Evaluasi dilakukan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana Pendidikan itu berjalan ke arah cita-cita Pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan manusia. 

Pendidikan secara ontology yaitu adanya proses pengajaran dan bimbingan. Proses terlaksananya dua kegiatan itu harus didasari oleh seperangkat pendidikan yang mencukupi (kurikulum, sarana dan sumber daya manusia). 

Evaluasi Pendidikan bertugas untuk meneliti kurikulum, sarana, ketersediaan dan kemampuan kaitannya dengan sumber daya manusia yang mendukung terlaksananya Pendidikan yang mengarah kepada capaian kompetensi yang sudah ditetapkan. 

Seorang peneliti Pendidikan harus menguasai hakekat ilmu Pendidikan. Sehingga di dalam proses evaluasi yang dilakukan bisa dengan cepat memprediksi hipotesis sementara dari sebuah fenomena yang terjadi. 

Mustahil seorang peneliti bisa mengevaluasi Pendidikan jika ia masih gagap terhadap hakekatnya. Untuk itu, tujuan-tujuan objek dari Pendidikan harus diketahui. 

B. Epistemologi 

Secara sederhana epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan—bagaimana mendapatkan pengetahuan. Kaitannya dengan evaluasi Pendidikan, epistemology berperan untuk memberikan panduan bagaimana evaluasi itu dilakukan. 

Evaluasi Pendidikan harus memperhatikan prosedur-prosedur ilmiah penelitian. Penelitian dilakukan dengan prinsip-prinsip logis, rasional, dan sistematis. 

Hasil penelitian bisa dijangkau oleh banyak orang. Bisa diterapkan di lain tempat, dan kebenarannya bisa diakui secara umum. Dengan Langkah-langkah yang sudah disepakati secara umum, maka hasil penelitiannya juga akan diakui oleh umum. 

Selain itu, penelitian juga harus berlandaskan kepada fakta empiric. Evaluasi dilakukan atas dasar fakta yang bisa digapai oleh indera. Jadi, orang lain juga bisa mengetahui hasil-hasil dari evaluasi yang telah dilakukan. 

Bagi para peneliti, mengetahui epistemology Pendidikan itu penting. Bagaimana memperoleh ilmu itu? Apakah pembelajaran sudah dilakukan dengan benar? Bagaimana pembelajaran itu menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan-tujuan capaian kompetensi? 

C. Aksiologi 

Aksiologi kaitannya dengan nilai. Evaluasi Pendidikan outputnya adalah menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai, yang berguna bagi Pendidikan itu sendiri. 

Tidak hanya bagi guru, akan tetapi juga bagi siswa dan para pemangku kebijakan. Jadi, sebelum melaksanakan penelitian maka harus diukur dulu apakah penelitian itu berguna atau tidak. 

Jauh dari pada itu Penelitian juga harus mengungkap sebuah kebenaran dan apa adanya. Hasil penelitian yang disajikan harus dijauhkan dari nilai-nilai eksternal yang tidak ada hubungannya dengan ilmu Pendidikan. 

Seperti Pendidikan di sekolah elit, agamis, suku tertentu, dan lain sebagainya. Instrumen-instrumen penelitian yang dilakukan di sekolah A juga berlaku di sekolah B. Evaluasi Pendidikan harus dilakukan secara jujur. Fenomena yang terjadi harus diungkap apa adanya. 

Para pelaku Pendidikan harus mengakui kekurangan dan kelebihannya. Sehingga akan diketahui dengan jelas sebab-sebab dari sebuah fenomena Pendidikan, rendahnya motivasi belajar siswa misalnya. 

Selayang Pandang Evaluasi Pendidikan menjadi alat penting di dalam mengawasi terlaksananya kegiatan Pendidikan. Evaluasi Pendidikan dilakukan untuk mengetahui efektifitas, pengaruh, penilaian, ketersediaan sarana dan prasarana, sampai kepada tahap sumber daya manusianya. 

Penelitian evaluasi Pendidikan harus dijauhkan dari tendensi. Ia harus jujur. Walaupun lokusnya sekolahan favorit, jika kenyataan yang terjadi sumber dayanya lemah sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, maka ia harus diungkapkan secara jujur. 

Baik sekolah negeri atau swasta bukanlah sebuah halangan untuk mewujudkan kegiatan evaluasi Pendidikan yang sesuai secara ontology epistemology dan aksiologi. Evaluasi Pendidikan seharusnya menjadi figure penting di dalam proses bernegara. Bagaimana Pendidikan melaksanakan pembelajaran yang baik sehingga menghasilkan anak didik yang berperadaban akan diketahui dengan melakukan evaluasi Pendidikan yang baik. 

Evaluasi Pendidikan yang berdasarkan kepada semangat membangun dan memperbaiki. Masalah-Masalah Kurikulum menjadi objek penelitian yang sangat penting. 

Kurikulum punya peran besar terhadap model Pendidikan yang dilakukan. Secara fenomena di Indonesia, bergantinya Menteri maka kurikulum juga akan ikut berganti. Hal ini berpengaruh terhadap evaluasi yang dilakukan. 

Hasil evaluasi sebelumnya belum terlaksana sudah harus berganti dengan yang baru. Pengaruhnya mengarah kepada jenjang capaian pembelajaran. Kelas 3 sekolah dasar mempunyai capaian pembelajaran sendiri, dengan harapan pengetahuan yang sudah diperoleh di kelas 3 bisa disempurnakan di kelas 4 untuk kemudian ditingkatkan di kelas 5, dan seterusnya. Hal ini tidak bisa terealisasi Ketika kebijakan kurikulum berganti-ganti. 

Secara moral, evaluasi Pendidikan mempunyai tanggungjawab untuk selalu mengawal kurikulum yang sedang diterapkan, bagaimana implementasinya di sekolah-sekolah, dan bagaimana keefektifan kurikulum tersebut terhadap prestasi belajar siswa. 

Kendala bagi peneliti adalah Ketika berhadapan dengan birokrasi. Evaluasi Pendidikan tidak mampu menghadirkan hasil penelitian yang apa adanya dikarenakan ada pihak-pihak yang tidak berkenan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti Pendidikan. 

Selain itu, formalitas-birokrasi membuat penelitian harus berjalan lama yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ada lagi persoalan dengan posisi pekerjaan. Jika sudah menyinggung kepada perihal kejelekan (aib) suatu Lembaga Pendidikan, maka berpotensi akan kehilangan pekerjaan. 

Alhasil, penelitian evaluasi Pendidikan yang dilakukan berkisar kepada bagaimana media, instrument penilaian jarang menyentuh kepada sumber daya tenaga pendidiknya. Padahal, evaluasi tenaga pendidik sangat penting untuk digalakkan sebagai media cerminan guru itu sendiri. Ia akan kesulitan di dalam mencari kelemahan dirinya sendiri. 

Kegiatan penelitian dan evaluasi pendidikan mengarah kepada bagaimana memperbaiki. Kemajuan teknologi tidak bisa dipungkiri membawa pengaruh yang besar terhadap pola kehidupan siswa. Bagaimanapun canggihnya teknologi, tanpa didasari oleh kemampuan penggunanya maka hanya akan menjadi pemborosan. Instrumen-instrumen evaluasi juga harus dikembangkan supaya bisa mengukur indikator-indikator yang berkaitan dengan fenomena-fenomena saat ini.

source image: pixabay.com/couleur


EmoticonEmoticon

Menu Navigasi Utama

Formulir Kontak