materi pelajaran filsafat, cara blogger menghasilkan uang, seo blog, google adsense, blog gratisan, download ebook gratis, materi pelajaran Filocopy.id: Pendidikan
Pengertian Falsafah Pendidikan Guru dan Contoh-contohnya

Pengertian Falsafah Pendidikan Guru dan Contoh-contohnya

Aktifitas belajar mengajar guru
Sumber: pixabay.com

Guru mempunyai peran penting di dalam pembelajaran di kelas. Mereka tidak hanya bertugas memberikan materi kepada siswa, tetapi guru juga bertugas untuk membimbing siswa. Sehingga, guru mempunyai falsafah pendidikannya sendiri.

Apa itu falsafah pendidikan guru? Falsafah pendidikan guru adalah pandangan tentang bagaimana seorang guru harus mengajar dan mengajarkan siswa. 

Falsafah ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, membangun hubungan saling percaya antara guru dan siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa untuk mencapai tujuan akademik. 

Falsafah pendidikan guru juga menekankan pentingnya memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan berkesan bagi siswa.

Mengutip dari kemdikbud bahwa guru adalah tenaga pendidik yang bertugas mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik agar dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. 

Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, karena ia merupakan pengelola proses pembelajaran dan pembimbing bagi peserta didik.

Bagaimana cara memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan berkesan bagi siswa?

1. Berikan materi yang relevan dan bermakna. Pastikan bahwa materi yang Anda berikan memiliki relevansi dengan kehidupan siswa dan memiliki tujuan yang jelas.

2. Berikan kesempatan untuk berdiskusi. Diskusi dapat membantu siswa untuk mengeksplorasi ide-ide mereka dan mengembangkan pemahaman mereka tentang topik yang dibahas.

3. Berikan kesempatan untuk berlatih. Berikan siswa kesempatan untuk mencoba apa yang mereka pelajari dengan cara berlatih dan mengerjakan tugas-tugas praktis.

4. Berikan umpan balik yang bermanfaat. Umpan balik yang bermanfaat dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang topik yang dibahas dan membantu mereka untuk mencapai tujuan belajar mereka.

5. Berikan kesempatan untuk berbagi pengalaman. Berikan siswa kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka dengan teman sekelasnya. 

Sehingga mereka dapat belajar satu sama lain dan meningkatkan kemampuan mereka untuk bekerja sama.

Guru harus memahami karakteristik lingkungan tempat tinggal siswa. Sehingga, guru mampu untuk memberikan gambaran nyata kepada siswa terkait materi yang sedang dibahas.

Dengan memanfaatkan keadaan lingkungan sekitar siswa, maka pembelajaran bermakna menjadi efektif karena siswa punya pengalaman yang nyata.

Selain itu, guru menjadi dipermudah untuk memberikan contoh yang kongkrit. Guru hanya perlu membimbing siswa untuk mengenali ilmu pengetahuan apa yang selama ini siswa alami di dalam kegiatan sehari-hari mereka.


Download Gratis Contoh Lembar Kegiatan Peserta Sains

Download Gratis Contoh Lembar Kegiatan Peserta Sains

Contoh Lembar Kegiatan Peserta


Lembar Kegiatan Peserta atau disingkat LKP merupakan salah satu lembar penilaian bagi peserta didik untuk menilai pembelajaran yang sedang dilakukan. Melalui blog ini anda bisa download gratis contoh LKP atau Lembar Kegiatan Peserta sehingga anda tidak perlu repot-repot untuk mendesain dari awal tentang lembar kegiatan peserta tersebut.


Lembar Kegiatan Peserta atau disingkat LKP menjadi salah satu syarat wajib ketika anda sedang mengikuti pelatihan atau kursus singkat. Baru-baru ini kementrian pendidikan dan kebudayaan (mendikbud) telah melakukan kegiatan pelatihan bagi guru-guru atau tenaga kependidikan yang dipilih melalui perwakilan dari masing-masing sekolah. Di dalam rangkaian kegiatan pembelajarannya, para tutor atau fasilitator kelas mewajibkan bagi setiap peserta untuk membuat Lembar Kegiatan Peserta atau LKP.


Maka dari itu, Lembar Kegiatan Peserta tersebut sangat penting untuk dipunyai bagi peserta yang sedang mengikuti pelatihan tersebut. Lembar Kegiatan Peserta atau LKP tidak hanya diperuntukkan bagi peserta pelatihan saja. Akan tetapi, Lembar Kegiatan Peserta atau LKP tersebut bisa diterapkan bagi peserta didik di kelas. Fungsinya adalah selain sebagai tugas siswa, Lembar Kegiatan Siswa atau LKP juga berfungsi untuk melatih peserta didik untuk bertanggungjawab serta bisa menilai peserta didik satu sama lain. Tetapi tenang, anda bisa download gratis contoh LKP di sini.


Diharapkan dengan menggunakan Lembar Kegiatan Peserta atau LKP, peserta didik menjadi lebih objektif di dalam menilai pembelajaran di kelas. Dengan metode ini, peserta didik menjadi lebih peka terhadap situasi yang terjadi di dalam pembelajaran. Selain itu, mereka juga akan berlatih secara mental karena akan dinilai oleh teman-temannya sendiri.


Bagi anda yang sedang membutuhkan ebook gratis contoh Lembar Kegiatan Peserta atau LKP bisa download gratis di sini.


Demikian download gratis contoh Lembar Kegiatan Peserta atau LKP (Participant Activity Sheet). Semoga bisa membantu bagi yang sedang membutuhkan.


Kurikulum Merdeka Belajar dan Cara Implementasinya

Kurikulum Merdeka Belajar dan Cara Implementasinya

Ilustrasi Kurikulum Merdeka Belajar dan Cara Implementasinya


Apa itu Kurikulum Merdeka Belajar? Apakah kurikulum tersebut wajib dilaksanakan bagi setiap sekolah? Lantas, bagaimana cara implementasi atau pelaksanaan kurikulum tersebut di sekolah, baik bagi sekolah dasar (SD/ MI), sekolah menengah pertama (SMP/ MTs) , maupun sekolah menengah atas (SMA, MA, SMK), bahkan sampai di perguruan tinggi (Universitas/ Sekolah Tinggi)?

Kehidupan sangat dinamis, begitu juga dengan dunia Pendidikan. Hampir tiga tahun berjalan, dunia dilanda oleh Virus Covid-19 yang memaksa manusia untuk membatasi pergerakannya. Hal ini juga berlaku bagi dunia Pendidikan, proses pembelajaran tidak bisa lagi dilakukan seperti biasa dengan tatap muka, akan tetapi dilakukan secara daring.

Masalah kemudian muncul Ketika fakta di lapangan menyatakan tidak semua sekolah mempunyai saranan dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran secara daring. Sehingga, terjadi ketimpangan yang sangat besar antara sekolahan di perkotaan dengan sekolahan di pelosok desa. Terjadi keterlambatan penguasaan materi oleh siswa yang tidak mempunyai akses pembelajaran daring yang memadai.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA, Indonesia mengalami ketertinggalan dalam literasi numerasi dan membaca. Sehingga, dibutuhkan kurikulum yang mampu mengakomodir permasalahan-permasalahan tersebut dengan efektif. Maka, Kemendikbud merespon fakta ini dengan menerbitkan Kurikulum Merdeka Belajar yang tertuang di dalam Keputusan Mendikbud Ristek No. 162/M/2021 tentang sekolah penggerak. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Kurikulum Merdeka Belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat.

Pada Kurikulum 2013, muatan materinya dianggap terlalu majemuk. Siswa disuruh untuk menguasai materi yang tidak sesuai dengan bakat dan minat mereka. Sehingga, pembelajaran tidak berjalan efektif. Selain itu, materi yang sangat banyak memaksa guru untuk melakukan pembelajaran sesuai jadwal pembelajaran yang telah disusun, walaupun siswa belum menguasai materi-materi sebelumnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, maka diterbitkanlah Kurikulum Merdeka Belajar atau yang sebelumnya disebut Kurikulum Prototipe. Ujicoba yang dilakukan kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terhadap 2500 sekolah penggerak ternyata mendapatkan hasil yang baik. Sekolah-sekolah tersebut menghasilkan pembelajaran yang lebih maju antara 4 bulan dibandingkan sekolah-sekolah lain yang masih menerapkan Kurikulum 2013.

Merujuk kepada laman Mendikbud Ristek, maka esensi dari Kurikulum Merdeka Belajar dijelaskan sebagai berikut:

  1. Penyederhanaan Konten Pembelajaran.

Materi yang terlalu majemuk dianggap tidak efektif di dalam proses pembelajaran. Alih-alih ingin memperkaya pengetahuan, siswa justru tidak fokus untuk mendalami materi tertentu yang sesuai dengan minat dan bakat siswa itu sendiri. Maka, pada kurikulum merdeka belajar konten pembelajaran difokuskan kepada materi yang esensial. Materi esensial ini ditekankan terutama pada kemampuan literasi numerasi dan membaca.

  1. Pembelajaran Berbasis Proyek 

Pembelajaran berbasis projek yang kolaboratif, aplikatif, dan multi-disipliner membuat siswa lebih fokus, terutama untuk mengembangkan kemampuan softskill dan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila

  1. Pembelajaran Sesuai Tingkat Kemampuan Siswa

Pada Kurikulum Merdeka Belajar, pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pengetahuan siswa. Pembelajaran seperti ini akan menghindarkan siswa dari mis-konsepsi dan pengetahuan. Maka, pembelajaran menjadi fleksible dan diselaraskan dengan kondisi siswa.

Sumber Daya Manusia (SDM) dari pendidik maupun tenaga kependidikan berperan besar di dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Akses pembelajaran yang tidak selalu tatap muka, menuntut guru untuk menguasai teknologi informatika. Setidaknya, guru mampu mendigitalisasi materi yang ingin disampaikan kepada siswa. Sistem Kurikulum Merdeka Belajar yang tidak terlalu administrative memberikan waktu yang banyak bagi guru untuk mengetahui tingkat kemampuan siswanya (termasuk bakat dan minat). Sehingga, guru bisa dengan leluasa untuk menyiapkan perangkat pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan kondisi siswa.

Peran Kepala Sekolah juga harus diperhatikan. Penyediaan anggaran untuk sarana dan prasarana pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar harus diprioritaskan. Kebutuhan akan pengetahuan terhadap teknologi informasi dan kemampuan penguasaan Bahasa Inggris harus dibarengi oleh kemampuan guru di dalam mendampingi proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang bepusat pada siswa membutuhkan kemampuan guru sebagai fasilitator dan juga penyediaan saranan dan prasarana yang bisa memenuhi kebutuhan siswa.







Ilmu Bebas Nilai dan Contohnya (Filsafat Ilmu)

Ilmu Bebas Nilai dan Contohnya (Filsafat Ilmu)

Ilustrasi Ilmu bebas nilai dan tidak bebas nilai
Mata kuliah filsafat  atau filsafat ilmu memberikan beberapa pertanyaan dasar yang sering ditanyakan di dalam perkuliahan.

Pertanyaan apakah ilmu bebas nilai? Atau ilmu tidak bebas nilai? Ilmu bebas nilai dan contohnya atau ilmu tidak bebas nilai dan contohnya. Mari kita bahas mulai dari hal yang mendasar berkaitan dengan ilmu dengan nilai.

Kami sajikan pembahasan ini dengan format tanya jawab, sehingga memudahkan untuk dipahami. Pertanyaan-pertanyaan ini juga sering dijadikan tugas di dalam kelas perkuliahan.

1.  Untuk apa ilmu?

Jawaban:

Ilmu diperoleh melalui metode-metode. Mari kita membaginya kedalam 3 bagian:

a.  Sebagai alat penjelas (explain)

Kenapa air laut rasanya asin? Kenapa sehari ada 23.57 (24 jam)? Bagaimana proses terjadinya hujan? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang melingkupi ruang hidup manusia.

Pengetahuan saja tentu tidak bisa memuaskan hati semua orang, karena pengalaman inderawi setiap orang berbeda-beda. Ilmu merupakan pengetahuan-pengetahuan yang sudah melalui metode-metode yang telah disepakati.

Sehingga, ada kebenaran yang bernilai umum. Ilmu sebagai pengetahuan yang sudah melalui tahapan-tahapan tersebut akan lebih mempunyai nilai kebenaran di dalam menjelaskan fenomena.

b.  Sebagai alat prediksi

Apa penyebab banjir? Apa penyebab gunung Meletus? Apa penyebab terjadinya gempa bumi? Fenomena-fenomena tersebut bisa dipelajari menggunakan ilmu.

Jika menyangkut fenomena alam seperti pertanyaan-pertanyaan tersebut dikenal dengan ilmu sains (Geologi, meteorologi, klimatologi, fisika, dll). Jika menyangkut kejiwaan manusia ada ilmu psikologi.

Sehingga, gejala-gejala sebuah fenomena bisa diprediksi akhirnya akan bagaimana. Pegunungan yang digunduli akan menyebabkan tanah longsor dan banjir. Seseorang yang dari kecil hidup di dalam keluarga broken home akan cenderung kasar sikapnya di dalam kehidupannya.

c.  Sebagai alat pengendali

Menurut kami, pada tahapan ini ilmu mempunyai nilai yang tinggi (most value). Ilmu tidak hanya bisa menjelaskan, tetapi ia mempunyai peran kepada tahap yang mempengaruhi Tindakan. Ilmu (seharusnya) bisa mencegah terjadinya pengrusakan hutan, mencegah terjadinya diskriminasi, terjadinya penjajahan, dan lain sebagainya.

Kami tertarik kepada tindakan Profesor Edward Said yang melempar batu ke arah Menara penjaga tantara di Israel, yang tentu menghasilkan kontroversi.

Dari peristiwa tersebut kami menyimpulkan bahwa (sudah seharusnya) ilmu mampu mengendalikan segala macam Tindakan yang mengarah kepada kejahatan atau pengrusakan. Ilmu itu berdiri sendiri, tidak tunduk kepada siapapun. Ilmu pada tahap akhirnya harus mewujudkan keasadaran terhadap sebuah Tindakan.

2.  Sampai batas mana objek kajian ilmu?

Jawaban:

Objek kajian ilmu tidak terbatas. Selama manusia bisa menjangkau dengan akal pikirannya, maka di sanalah ada yang bisa dikaji. 

Namun, ilmu beda dengan pengetahuan. Ilmu bisa disebut dengan ilmu jika sudah melalui tahap pembuktian. Ilmu bisa dibuktikan. Sehingga, ia akan bernilai objektif karena orang lain bisa mengujinya.

Beda dengan pengetahuan yang subjektif, sesuai dengan pengalaman individual. Namun secara kajian, ilmu itu tidak terbatas.

3.  Bagaimana (etika) menemukan (metodelogi)  ilmu?

Jawaban:

Pengetahuan bisa disebut sebagai ilmu Ketika bisa diuji kebenarannya. Alat ujinya disesuaikan dengan metode-metode yang sudah disepakati sesuai dengan bidangnya. Secara umum, ilmu diperoleh Ketika memenuhi dari segi ontology, epistemology, dan aksiologi.

4.  Bagaimana (etika) menggunakan ilmu?

Jawaban:

Ilmu harus mempunyai nilai kebaikan (goodness). Kami membatasi pada lingkup Pendidikan. Ilmu Pendidikan yang baik adalah yang mampu mewujudkan cita-cita Pendidikan itu sendiri, memanusiakan manusia. Ilmu Pendidikan harus menjadikan manusia mencapai kodratnya, yaitu makhluk yang berpikir. 

Ilmu Pendidikan yang tidak etis akan menghasilkan koruptor, penjahat, dan lain sebagainya—atau dengan kata lain menuruti syahwat hewani.

Ilmu memang harus mempunyai nilai guna (value), akan tetapi ia juga harus dilandasi dengan etika. Ilmu yang tidak dilandasi dengan etika akan membawa manusia kepada kiamatnya sendiri. Ilmu nuklir itu berguna Ketika dijadikan sebagai pembangkit listrik. Namun ia akan menjadi bencana Ketika digunakan sebagai senjata. 

Secara pribadi, kami menganggap bahwa etika ini juga seperti dua mata pisau. Di sisi lain, etika bisa mencegah penyalahgunaan ilmu. Namun, di sisi yang lain etika bisa menghambat kebebasan di dalam melakukan kajian-kajian. 

Sehingga, kemajuan ilmu pengetahuan menjadi lambat. Hal ini sangat terasa pengaruhnya terhadap kajian metafisika—Tuhan misalnya.

5.  Apakah Ilmu bebas nilai?

Jawaban:

Ilmu itu objektif, makai ia harus bebas nilai. Ilmu harus berdiri sebagai hakekat ilmu itu sendiri. Ilmu tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun. 

Walaupun ia seorang presiden atau sultan, Ketika ia mau mengukur volume balok maka akan menggunakan rumus yang sama yang dilakukan oleh seorang pengemis misalnya. 

Bebas nilai (value free) ini menjadi bagian penting di dalam nilai ilmu itu sendiri. Hal ini akan sangat Nampak pengaruhnya di dalam kehidupan. Contohnya menyangkut perihal asas persamaan hukum. 

Demikian pembahasan ilmu dan nilai. Ilmu bebas nilai dan contohnya sudah dibahas. Sehingga menjadi jelas bahwa secara hakekatnya ilmu adalah bebas nilai. Ilmu tidak boleh dijadikan sebagai alat untuk menimbulkan kerusakan. Apalagi, ilmu digunakan sebagai kontra-kebenaran demi kepentingan sebagian kelompok.


Evaluasi Pendidikan Ditinjau Dari Landasan Ontologi Epistemologi Dan Aksiologi

Evaluasi Pendidikan Ditinjau Dari Landasan Ontologi Epistemologi Dan Aksiologi

Pendidikan tidak bisa terlepas dari filsafat ilmu. Filsafat sendiri mengkaji tentang yang ada, sebab-sebab, asal, dan hukumnya. 

Sesuai harfiahnya, filsafat mempunyai arti cinta akan kebijaksanaan. Sehingga Pendidikan itu harus mampu menggapai kepada bagaimana menghasilkan manusia yang bertindak seperti manusia, yaitu makhluk yang berpikir dan mempunyai norma-norma. 

Pendidikan harus menghasilkan peserta didik yang berkarakter yang paham terhadap apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan di lingkungan masyarakat. Evaluasi yang dilakukan mengarah kepada bagaimana keterlaksanaan Pendidikan yang mengarah kepada pencapaian itu. Hal ini sekaligus sebagai semangat para peneliti untuk menghadirkan hasil evaluasi yang konstruktive yang mengarah kepada perbaikan-perbaikan 

Pendidikan yang cita-cita luhurnya adalah menghasilkan peserta didik yang manusiawi, bertindak layaknya seorang manusia—yang berpikir dan berperadaban. 

A. Ontologi 
Tentang ada. Tentang hakekat pendidikan itu sendiri. 

Pertanyaan besarnya adalah apa itu Pendidikan? 
Secara lebih spesifik kaitannya dengan evaluasi pendidikan, maka evaluasi Pendidikan harus mampu menjangkau hakekat apa yang sedang dievaluasi. 

Evaluasi dilakukan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana Pendidikan itu berjalan ke arah cita-cita Pendidikan itu sendiri, yaitu memanusiakan manusia. 

Pendidikan secara ontology yaitu adanya proses pengajaran dan bimbingan. Proses terlaksananya dua kegiatan itu harus didasari oleh seperangkat pendidikan yang mencukupi (kurikulum, sarana dan sumber daya manusia). 

Evaluasi Pendidikan bertugas untuk meneliti kurikulum, sarana, ketersediaan dan kemampuan kaitannya dengan sumber daya manusia yang mendukung terlaksananya Pendidikan yang mengarah kepada capaian kompetensi yang sudah ditetapkan. 

Seorang peneliti Pendidikan harus menguasai hakekat ilmu Pendidikan. Sehingga di dalam proses evaluasi yang dilakukan bisa dengan cepat memprediksi hipotesis sementara dari sebuah fenomena yang terjadi. 

Mustahil seorang peneliti bisa mengevaluasi Pendidikan jika ia masih gagap terhadap hakekatnya. Untuk itu, tujuan-tujuan objek dari Pendidikan harus diketahui. 

B. Epistemologi 

Secara sederhana epistemologi adalah ilmu tentang pengetahuan—bagaimana mendapatkan pengetahuan. Kaitannya dengan evaluasi Pendidikan, epistemology berperan untuk memberikan panduan bagaimana evaluasi itu dilakukan. 

Evaluasi Pendidikan harus memperhatikan prosedur-prosedur ilmiah penelitian. Penelitian dilakukan dengan prinsip-prinsip logis, rasional, dan sistematis. 

Hasil penelitian bisa dijangkau oleh banyak orang. Bisa diterapkan di lain tempat, dan kebenarannya bisa diakui secara umum. Dengan Langkah-langkah yang sudah disepakati secara umum, maka hasil penelitiannya juga akan diakui oleh umum. 

Selain itu, penelitian juga harus berlandaskan kepada fakta empiric. Evaluasi dilakukan atas dasar fakta yang bisa digapai oleh indera. Jadi, orang lain juga bisa mengetahui hasil-hasil dari evaluasi yang telah dilakukan. 

Bagi para peneliti, mengetahui epistemology Pendidikan itu penting. Bagaimana memperoleh ilmu itu? Apakah pembelajaran sudah dilakukan dengan benar? Bagaimana pembelajaran itu menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan-tujuan capaian kompetensi? 

C. Aksiologi 

Aksiologi kaitannya dengan nilai. Evaluasi Pendidikan outputnya adalah menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai, yang berguna bagi Pendidikan itu sendiri. 

Tidak hanya bagi guru, akan tetapi juga bagi siswa dan para pemangku kebijakan. Jadi, sebelum melaksanakan penelitian maka harus diukur dulu apakah penelitian itu berguna atau tidak. 

Jauh dari pada itu Penelitian juga harus mengungkap sebuah kebenaran dan apa adanya. Hasil penelitian yang disajikan harus dijauhkan dari nilai-nilai eksternal yang tidak ada hubungannya dengan ilmu Pendidikan. 

Seperti Pendidikan di sekolah elit, agamis, suku tertentu, dan lain sebagainya. Instrumen-instrumen penelitian yang dilakukan di sekolah A juga berlaku di sekolah B. Evaluasi Pendidikan harus dilakukan secara jujur. Fenomena yang terjadi harus diungkap apa adanya. 

Para pelaku Pendidikan harus mengakui kekurangan dan kelebihannya. Sehingga akan diketahui dengan jelas sebab-sebab dari sebuah fenomena Pendidikan, rendahnya motivasi belajar siswa misalnya. 

Selayang Pandang Evaluasi Pendidikan menjadi alat penting di dalam mengawasi terlaksananya kegiatan Pendidikan. Evaluasi Pendidikan dilakukan untuk mengetahui efektifitas, pengaruh, penilaian, ketersediaan sarana dan prasarana, sampai kepada tahap sumber daya manusianya. 

Penelitian evaluasi Pendidikan harus dijauhkan dari tendensi. Ia harus jujur. Walaupun lokusnya sekolahan favorit, jika kenyataan yang terjadi sumber dayanya lemah sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, maka ia harus diungkapkan secara jujur. 

Baik sekolah negeri atau swasta bukanlah sebuah halangan untuk mewujudkan kegiatan evaluasi Pendidikan yang sesuai secara ontology epistemology dan aksiologi. Evaluasi Pendidikan seharusnya menjadi figure penting di dalam proses bernegara. Bagaimana Pendidikan melaksanakan pembelajaran yang baik sehingga menghasilkan anak didik yang berperadaban akan diketahui dengan melakukan evaluasi Pendidikan yang baik. 

Evaluasi Pendidikan yang berdasarkan kepada semangat membangun dan memperbaiki. Masalah-Masalah Kurikulum menjadi objek penelitian yang sangat penting. 

Kurikulum punya peran besar terhadap model Pendidikan yang dilakukan. Secara fenomena di Indonesia, bergantinya Menteri maka kurikulum juga akan ikut berganti. Hal ini berpengaruh terhadap evaluasi yang dilakukan. 

Hasil evaluasi sebelumnya belum terlaksana sudah harus berganti dengan yang baru. Pengaruhnya mengarah kepada jenjang capaian pembelajaran. Kelas 3 sekolah dasar mempunyai capaian pembelajaran sendiri, dengan harapan pengetahuan yang sudah diperoleh di kelas 3 bisa disempurnakan di kelas 4 untuk kemudian ditingkatkan di kelas 5, dan seterusnya. Hal ini tidak bisa terealisasi Ketika kebijakan kurikulum berganti-ganti. 

Secara moral, evaluasi Pendidikan mempunyai tanggungjawab untuk selalu mengawal kurikulum yang sedang diterapkan, bagaimana implementasinya di sekolah-sekolah, dan bagaimana keefektifan kurikulum tersebut terhadap prestasi belajar siswa. 

Kendala bagi peneliti adalah Ketika berhadapan dengan birokrasi. Evaluasi Pendidikan tidak mampu menghadirkan hasil penelitian yang apa adanya dikarenakan ada pihak-pihak yang tidak berkenan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti Pendidikan. 

Selain itu, formalitas-birokrasi membuat penelitian harus berjalan lama yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ada lagi persoalan dengan posisi pekerjaan. Jika sudah menyinggung kepada perihal kejelekan (aib) suatu Lembaga Pendidikan, maka berpotensi akan kehilangan pekerjaan. 

Alhasil, penelitian evaluasi Pendidikan yang dilakukan berkisar kepada bagaimana media, instrument penilaian jarang menyentuh kepada sumber daya tenaga pendidiknya. Padahal, evaluasi tenaga pendidik sangat penting untuk digalakkan sebagai media cerminan guru itu sendiri. Ia akan kesulitan di dalam mencari kelemahan dirinya sendiri. 

Kegiatan penelitian dan evaluasi pendidikan mengarah kepada bagaimana memperbaiki. Kemajuan teknologi tidak bisa dipungkiri membawa pengaruh yang besar terhadap pola kehidupan siswa. Bagaimanapun canggihnya teknologi, tanpa didasari oleh kemampuan penggunanya maka hanya akan menjadi pemborosan. Instrumen-instrumen evaluasi juga harus dikembangkan supaya bisa mengukur indikator-indikator yang berkaitan dengan fenomena-fenomena saat ini.

source image: pixabay.com/couleur
Membentak Siswa Boleh Gak Sih?

Membentak Siswa Boleh Gak Sih?

Ilustrasi siswa yang tidak menghormati gurunya
Antara Guru dan Perlakuan Kepada Siswa.

Sekarang ini sudah marak tersebar di media massa tentang kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada muridnya, atau sebaliknya. Tapi pada kesempatan ini saya akan membahas yang pertama disebutkan di atas, yaitu kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada muridnya.
Sebelum membahas itu semua saya mengajak pembaca untuk memahami dulu apa itu makna 'kekerasan'. Apakah itu kekerasan?
Apakah sama yang dimaksud dengan kekejaman?

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kekerasan disebutkan sebagai berikut: kekerasan/ke·ke·ras·an/ n 1 perihal (yang bersifat, berciri) keras; 2 perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain; 3 paksaan;
Sedangkan kekejaman, artinya disebutkan sebagai berikut: kekejaman/ke·ke·jam·an/ n perihal (perbuatan, sifat) yang kejam; kebengisan.

Lantas yang banyak diberitakan di banyak media massa itu 'kekerasan' atau 'kekejaman'?

Di dalam dunia mengajar tentu dibutuhkan sebuah metode di mana guru memang harus menggunakan kekerasan. Keras bukan berarti kejam. Ini yang harus diperhatikan. Guru sebagai orang tua di dalam kelas harus tahu bagaimana mendidik anak-anaknya. Ketika di dalam kelas seorang gurulah yang benar-benar mengenal karakter setiap individu murid-muridnya. Setiap individu harus diperlakukan dengan metode yang berbeda-beda. Tujuannya adalah satu, untuk kebaikan murid itu sendiri. Guru harus jeli, kapan harus menggunakan kekerasan atau hanya sekedar memberi tugas kepada murid yang tidak menaati perintah.

Ketika di dalam kelas memang terkadang perlu untuk melakukan kekerasan kepada siswa yang bandel. Ada murid yang bisa dihukum dengan metode yang lunak, tetapi ada juga yang memang harus memakai kekerasan, seperti membentak, memegang tangan, atau yang lainnya. Lakukanlah dengan hati-hati dan sesuaikan dengan kondisi murid tersebut. Kekerasan hanya sebagai shock therapy, jangan terus-terusan dilakukan nanti malah semakin membuat siswa menjadi buruk peringainya.

Kemudian carilah formula-formula untuk menghukum siswa. Mulai dari menghafal rumus, membuat essay, atau membuat sebuah bagan tentang sebuah materi. Amati setiap perubahan tingkah laku tiap individu siswa di dalam kelas.
Metode hukuman harus dilakukan secara berkelanjutan. Guru harus membuat catatan-catatan perbaikan.

Source Image: optidaily.com
Tips Menjadi Guru Sekolah Dasar Yang Sukses!

Tips Menjadi Guru Sekolah Dasar Yang Sukses!

Ikustrasi Guru Sekolah Dasar Yang Sukses
Mengajar murid yang masih kecil seusia sekolah dasar tentu membutuhkan tenaga yang lebih. Suara yang lantang atau memasang wajah yang serampun terkadang belum bisa menertibkan para murid. Dibutuhkan sikap 'ngemong' atau mengasuh terhadap mereka. Berikut tips bagaimana menjadi guru sekolah dasar yang sukses:

1. Lakukan Pendekatan
    Banyak murid walaupun sudah diberi peringatan untuk tertib, tetap saja ribut. Tentu akan sangat mengganggu dalam proses belajar-mengajar di kelas. Maka lakukanlah pendekatan secara personal terhadap mereka. Tunjukkan kalau kita peduli (care) terhadap mereka. Jadi segan bukan berarti mereka takut terhadap kita, tapi buatlah mereka hormat kepada kita sebagai orang yang dekat kepada mereka.

2. Sabar
    Sabar bukan berarti pasrah, tetapi sabar dalam melakukan usaha untuk menertibkan mereka. Lakukanlah pendekatan dengan sepenuh hati. Istilah 'ngemong' atau mengasuh yang saya ungkapkan diatas adalah bagaimana kita menganggap mereka bukan sekedar anak didik, tetapi juga sebagai anak kandung yang harus kita didik dan juga kita sayangi.

3. Jadilah diri sendiri
    Tidak semua orang bisa menghibur, dalam artian bisa memberi 'guyonan' atau lelucon dan selalu bisa bertampang 'kekanak-kanakan' dalam memberikan pengajaran kepada mereka. Maka bagi guru-guru yang mempunyai pribadi pendiam atau bertampang serius ataupu cuek tidak harus berubah 180 derajat dari kepribadian aslinya dalam mengajar murid sekolah dasar. Malah itu akan menjadi beban. Mengajarlah sesuai kemampuan yang kita kuasai. Dan yang terpenting selalu belajar untuk bagaimana agar menjadi pribadi yang disukai anak-anak.

4. Evaluasi Diri
    Tentu setiap hal ada kekurangannya. Maka, dibutuhkan evaluasi agar apa yang belum tercapai bisa kita capai di masa yang akan datang. Experince is the best teacher adalah kalimat yang tepat dalam melakukan evaluasi diri. Pengalaman akan mengajarkan bagaimana agar kita selalu mencari solusi dan formulasi-formulasi yang tepat untuk usaha selanjutnya.

    Demikian tips menjadi guru sekolah dasar yang sukses. Namun, semuanya kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah kita akan selalu berupaya sepenuh hati untuk mewujudkannya, atau akan selamanya kita akan menjadi guru yang 'kurang disukai' dan terbebani dengan pekerjaannya sebagai tenaga pendidik.

Source Images: mepnews.id

Menu Navigasi Utama

Formulir Kontak