Filsafat Yunani sering disebut Filsafat Helenisme. Mereka sering menyebut dirinya sebagai kaum Hellas. Tradisi bahasa inggris menyebutnya Greek, dari daerah asalnya yang bernama Grecia. Nama Yunani berasal dari bahasa Arab “Yunan”. Dari wilayah di yunani yang namanya ayonia.
Pergeseran peradaban dari Mitos ke Logos adalah dari Yunani. Kaum Sofis (Istilah dari Plato), berfilsafat untuk mencari uang, yang berlawanan dengan Sokrates. Kaum sofis muncul sebelum tiga filosof besar (Sokrates, Plato, Aristoteles). Kaum sofis merupakan inisiator era baru filsafat yunani, dari yang fokusnya alam beranjak fokusnya ke manusia.
Kaum Sofis seperti kapitalisasi pendidikan di dunia
modern. Tokoh-tokohnya yaitu:
Protagoras, Xeniades, Gorgias (bapaknya Sofisme), Tirasmacus, dan Hypia.
Kaum sofis muncul pada masa jayanya Athena (sebagai Kota demokrasi langsung pertama). Di masa itu setiap orang bebas menyampaikan aspirasi. Maka, konsekuensinya setiap orang butuh pintar supaya bisa menyampaikan aspirasinya masing-masing.
Kebanyakan murid kaum sofis adalah dari kalangan Aristokrat. Kalangan aristrokat sering kali bersentuhan dengan budaya lain. Semakin terbuka untuk bersentuhan dengan budaya lain, maka orang-orang semakin membutuhkan kepintaran.
Karakter Utama Kaum Sofis
Tujuan utamanya bukan kebenaran, tapi kemenangan Retorika. Benar itu tidak penting, yang penting adalah seolah-olah benar dan dianggap benar. Kebenaran itu tergantung pada ruang budayanya. Tidak ada kebenaran absolut.
Menurut Gorgias, tidak ada kebenaran yang jelas. Kebenaran hanyalah persepsi masing-masing individual. Kebenaran adalah siapa yang menang (miliknya yang menang).
Plato menyatakan bahwa prinsip-prinsip kaum sofis itu penting, yaitu untuk melepaskan diri dari dogma dan doksa (kebenaran sosial yang pasti benar-tidak bisa diubah).
Dalam mengajar muridnya kaum sofis lebih bersifat pragmatis.
Tujuannya agar bisa memenangkan perdebatan-perdebatan. Ciri yang paling
menonjol adalah retorika. Logic (cara berpikir) dan retoric (cara
menyampaikan).
Alat Retorika
1. Eristic
Eristic yaitu bahwa retorika fokusnya untuk mempengaruhi orang. Tidak penting kebenarannya.
Menurut Aristoteles, eristic merupakan pertarungan bebas, kotor dalam berargumentasi. Eristic is making was an argument seems better.
2. Antilogic
Antilogic yaitu menggunakan counter-fact, counter-logic. Fakta bisa dipilih sesuai kepentingan.
Tujuan Retorika:
1. Persuasi.
Menurut Gorgias, kunci dari persuasi adalah kairos (berbicara tepat dan timing yang tepat). Bahasa yang pas dan dalam waktu yang pas.
Menurut Aristoteles mengatakan bahwa orang pintar harus menguasai Logos (logika hidup, bisa membuktikan kebenaran yang diyakini dan menunjukkannya kepada orang lain), Punya Etos (Kredibilitas yang menghasilkan Trust), dan hidupkanlah Patos (Values, emosi komitmen nilai), dan hal-hal ini yang tidak dipunyai oleh Kaum Sofis.
Ciri-ciri Sofisme:
1. Egoisme
Hidup adalah natural. Yang alami dari manusia adalah ego. Callycless (murid Gorgias) mengkritik moralitas-konvensional (moralitas dibuat oleh orang lemah, muncul norma adat, budaya adalah tidak natural)
Kehidupan itu alami ada yang pintar ada yang bodoh, superior-inferior, kuat dan lemah. Kebenaran & Kekuatan adalah yang membuat kebenaran.
2. Relativisme & Subyektivisme
Dipelopori oleh Protagoras. Kebenaran itu tergantung orangnya. Ukurannya manusia. Tidak ada realita objektif. Semua dalam pandangan-mu (Subjek), persepsi. Different Word.
Menurut Protagoras mengatakan bahwa tidak penting kebenaran itu. Yang penting adalah mempertanyakan kebenaran. Manusia adalah ukuran segala sesuatu. Setiap kata punya dua sisi kontradiksi.
Dalam mengajar muridnya, kaum sofis mengajarinya dari dua sisi.
Dilatih dengan persepsi yang beragam.
Hymne Relativisme yaitu
Man is the measure of all things (Manusia adalah ukuran segala sesuatu)
Both of things that are (Sisi baik atau buruk)
Man is the measure that they are (Manunia adalah ukuran terhadap apa yang mereka
yakini kebenarannya)
And of things they are not
Man is the measure that they are not (Manusia adalah ukuran dari apa yang tidak mereka percayai)
Akal itu selalu di bawah kesan (rasa). Seseorang harus berada pada keadaan suka terlebih dulu kemudian membuat argumen, baru akalnya bekerja.
Sebagai kritikus terhadap filusuf Elia, Heraclitos, Demokritos ( yang membagi akal dan perasaan, yaitu akal lebih objektif dari pada perasaan, maka untuk menjadi orang pintar akal harus berada di atas perasaan).
3. Skeptisisme
Semua harus dipertanyakan. Berikut pendapat-pendapat dari Gorgias:
Tidak ada sesuatu yang eksis yang sejati. Tidak ada sesuatu yang tanpa bahan. Seandainya benar itu ada, itu tidak akan bisa diketahui, kebenaran hanyalah persepsi. Seandainya bisa diketahui, maka tidak akan bisa dikomunikasikan, masing-masing kepala berbeda.
Dasarnya adalah pluralitas. Tidak ada kebenaran sejati. Tinggal pilih mau kebenaran yang mana sesuai kepentinganmu dan keinginanmu. Yang terpenting bukan kebenaran sejati, tetapi bisa meyakinkan orang lain bahwa dirimu benar.
4. Bisnis Pendidikan
Menarik bayaran untuk mengajarkan ‘Wisdom’ dan ‘Virtue’. Semakin mahal membayar semakin tinggi ilmu yang diajarkan.
5. Kritik Agama
Kaum sofis keras terhadap lembaga agama. Banyak orang yang memanfaatkan agama sebagai kontrol sosial saja. Tuhan itu “dibikin” untuk tujuan sosial tertentu. Tapi agama juga penting dalam mengatur sosial. Karena agama adalah yang mengatur di luar manusia. Sehingga sulit dibantah.
Protagoras mempunyai pendapat tentang dewa-dewa atau Tuhan-tuhan. Ia mengatakan aku tidak tertarik untuk tahu. Banyak alasan saya tidak mau tahu, diantaranya karena tidak kelihatan. Itu hanya di pikiran mereka saja. Percaya silahkan, tidak ya silahkan. Akan menghabiskan waktu untuk memikirkannya. Umur kita tidak cukup, bukti sedikit.
Kritik Plato terhadap kaum sofis yaitu berpikir hakekatnya adalah mencari kebenaran tidak sekedar argumen. Retorika bukan untuk retorika, tapi untuk kebenaran. Manusia hidup butuh ketertiban, tatanan. Maka manusia harus percaya moralitas. Gaya sofis membuat orang sombong, sok tahu padahal tidak tahu.
Kritik Aristoteles kepada kaum sofis dengan mengatakan bahwa banyak pikiran yang saling bertabrakan diantara kaum Sofis.
Kontribusi kaum sofis:
a. Retorika
b. Kesadaran cultural antropologi, setiap manusia
punya epistemologi sendiri.
c. Menggugah orang untuk menguasai Logika.
d. Pendidikan yang konkrit. Target tujuannya jelas.
e. Menunjukkan pentingnya bahasa
f. Kritiknya terhadap lembaga konveksi.
g. Membuka 3 filsuf besar (Sokrates, Plato, dan Aristoteles).
Source images: ikmalonline.com
EmoticonEmoticon