materi pelajaran filsafat, cara blogger menghasilkan uang, seo blog, google adsense, blog gratisan, download ebook gratis, materi pelajaran Biografi Ibnu Sina Sang Ahli Kedokteran Islam - Filocopy.id

Biografi Ibnu Sina Sang Ahli Kedokteran Islam

Biografi Ibnu Sina Sang Ahli Kedokteran Islam

 

Biografi Ibnu Sina Sang Ahli Kedokteran Islam


Ibnu Sina merupakan doktor Islam yang paling terkenal. Sumbangannya dalam bidang kedokteran tidak hanya diakui oleh dunia Islam tetapi juga oleh para sarjana Barat. Nama asli Ibnu Sina ialah Abu Ali al-Hussian Ibnu Abdullah. Tetapi di Barat, beliau lebih dikenali sebagai Avicenna.


Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 370 Hijriah bersamaan dengan 980 Masehi. Beliau belajar pertama kali di Bukhara dalam bidang bahasa dan sastra. Selain itu, beliau turut mempelajari ilmu-ilmu lain seperti geometri, logika, matematika, sains, fiqh, dan kedokteran.


Walaupun Ibnu Sina menguasai pelbagai ilmu pengetahuan termasuk filsafat tetapi beliau lebih menonjol dalam bidang pengobatan. Awal mula dikenal sebagai dokter ketika beliau berhasil menyembuhkan penyakit Putera Nub Ibn Nas al-Samani yang gagal diobati oleh doktor yang lain. Kehebatan dan kepakaran dalam bidang pengobatan tiada bandingannya. Sehingga beliau diberikan gelaran al-Syeikh al-Rais (Kepala Guru).


Beliau terkenal di seluruh negara Islam. Bukunya Al Qanun fil Tabib telah diterbitkan di Rom pada tahun 1593 sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Precepts of Medicine. 


Dalam jangka masa tidak sampai 100 tahun, buku itu telah dicetak ke dalam 15 bahasa. Pada abad ke-17, buku tersebut telah dijadikan sebagai bahan rujukan dasar di universitas- universitas Italia dan Perancis. Bahkan, sampai dengan abad ke-19, bukunya masih dicetak ulang dan digunakan oleh para pelajar kedokteran.


Ibnu Sina juga telah menghasilkan sebuah buku yang diberi judul Remedies for The Heart yang mengandungi sajak-sajak pengobatan. Dalam buku itu, beliau telah menceritakan dan menguraikan 760 jenis penyakit bersama dengan cara untuk mengobatinya.


Hasil tulisan Ibnu Sina sebenarnya tidak terbatas kepada ilmu kedokteran saja. Tetapi turut merangkumi bidang dan ilmu lain seperti metafisika, musik, astronomi, filologi (ilmu bahasa), syair, prosa, dan agama.


Penguasaannya dalam pelbagai bidang ilmu itu telah menjadikannya seorang tokoh sarjana yang serba bisa. Beliau tidak sekadar menguasainya tetapi mampu meraih kejayaan di bidang yang ditekuninya.


Di samping menjadi ahli dalam bidang pengobatan, Ibnu Sina juga menduduki ranking yang tinggi dalam bidang ilmu logika sehingga digelari guru ketiga. Dalam bidang penulisan, Ibnu Sina telah menghasilkan ratusan karya termasuk kumpulan risalah yang mengandungi hasil sastra kreatif.


Perkara yang lebih menakjubkan pada Ibnu Sina ialah beliau juga merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal. Beliau pernah menulis sebuah buku berjudul al-Najah yang membicarakan persoalan filsafat.


Pemikiran filsafat Ibnu Sina banyak dipengaruhi oleh aliran filsafat al-Farabi yang telah menghidupkan pemikiran Aristoteles. Oleh sebab itu, pandangan kedokteran Ibnu Sina turut dipengaruhi oleh asas dan teori pengobatan Yunani khususnya Hippocrates.


Pengobatan Yunani berasaskan teori empat unsur yang dinamakan humours yaitu darah, lendir (phlegm), empedu kuning (yellow bile), dan empedu hitam (black bile).


Menurut teori ini, kesehatan seseorang mempunyai hubungan dengan campuran keempat unsur tersebut. Keempat unsur tersebut harus berada pada kadar yang seimbang dan apabila keseimbangan ini terganggu, maka seseorang akan mendapat penyakit. 


Setiap individu dikatakan mempunyai formula keseimbangan yang berbeda-beda. Meskipun teori itu dikatakan kurang tepat, tetapi telah meletakkan satu landasan kokoh kepada dunia pengobatan untuk mengenal pasti dasar penyakit yang menjangkiti manusia. Ibnu Sina telah menapis teori-teori kosmogoni Yunani ini dan mengislamkannya.


Ibnu Sina percaya bahawa setiap tubuh manusia terdiri dari empat unsur yaitu tanah, air, api, dan angin. Keempat unsur ini memberikan sifat lembap, sejuk, panas, dan kering serta sentiasa bergantung kepada unsur lain yang terdapat dalam alam ini. Ibnu Sina percaya bahwa manusia mempunyai zat pertahanan untuk melawan penyakit. Jadi, selain keseimbangan unsur-unsur yang dinyatakan itu, manusia juga memerlukan ketahanan yang kuat dalam tubuh bagi menjaga kesehatan dan proses penyembuhan.


Pengaruh pemikiran Yunani bukan hanya dapat dilihat dalam pandangan Ibnu Sina mengenai kesehatan dan pengobatan, tetapi juga bidang falsafah. Ibnu Sina berpendapat bahwa matematika boleh digunakan untuk mengenal Tuhan.


Pandangan yang sama pernah dikemukakan oleh ahli filsafat Yunani seperti Pythagoras untuk menguraikan mengenai sesuatu kejadian. Bagi Pythagoras, sesuatu barang mempunyai angka-angka dan angka itu berkuasa di alam ini. 


Berdasarkan pandangan itu, maka Imam al-Ghazali telah menyifatkan paham Ibnu Sina sebagai sesat dan lebih merusak dari pada kepercayaan Yahudi dan Nasrani.


Sebenarnya, Ibnu Sina tidak pernah menolak kekuasaan Tuhan. Dalam buku An- Najah, Ibnu Sina telah menyatakan bahwa pencipta yang dinamakan sebagai "Wajib al-Wujud" ialah satu. Dia tidak berbentuk dan tidak boleh dibandingkan dengan apapun.


Menurut Ibnu Sina, segala yang wujud (mumkin al-wujud) berasal dari pada "Wajib al-Wujud" yang tidak ada permulaan. Tetapi tidaklah wajib segala yang wujud itu datang dari pada Wajib al-Wujud, sebab Dia berkehendak bukan mengikut kehendak.


Walau bagaimanapun, tidak menjadi halangan bagi Wajib al-Wujud untuk melimpahkan atau menerbitkan segala yang wujud sebab kesempurnaan dan ketinggian-Nya.


Pemikiran filsafat dan konsep ketuhanannya telah ditulis oleh Ibnu Sina dalam bab "Himah Ilahiyyah". Pemikiran Ibnu Sina ini telah mencetuskan kontroversi dan telah disifatkan sebagai satu langkah awal membahas zat Allah. Al-Ghazali telah menulis sebuah buku yang berjudul Tahafut al'Falasifah (kerancuan dalam pemikiran ahli filsafat) untuk membahaskan pemikiran Ibnu Sina dan al-Farabi.


Di ntara penyanggahan yang diutarakan oleh al-Ghazali ialah penyangkalan terhadap kepercayaan dalam keabadian planet bumi, penyangkalan terhadap penafian Ibnu Sina dan al-Farabi mengenai pembangkitan jasad manusia dengan perasaan kebahagiaan dan kesengsaraan di surga atau neraka.


Walaupun pandangan yang dikemukakan demikian, tetapi sumbangan Ibnu Sina dalam perkembangan falsafah Islam tidak mungkin dapat dinafikan. Bahkan beliau boleh dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab menyusun ilmu filsafat dan sains dalam Islam. Sesungguhnya, Ibnu Sina tidak hanya unggul dalam bidang kedokteran tetapi kehebatan dalam bidang filsafat mengungguli gurunya sendiri yaitu al-Farabi.



Source image: Liranews.com


EmoticonEmoticon

Menu Navigasi Utama

Formulir Kontak