materi pelajaran filsafat, cara blogger menghasilkan uang, seo blog, google adsense, blog gratisan, download ebook gratis, materi pelajaran Filocopy.id: Filsafat Kontemporer
Pengertian Falsafah Pendidikan Guru dan Contoh-contohnya

Pengertian Falsafah Pendidikan Guru dan Contoh-contohnya

Aktifitas belajar mengajar guru
Sumber: pixabay.com

Guru mempunyai peran penting di dalam pembelajaran di kelas. Mereka tidak hanya bertugas memberikan materi kepada siswa, tetapi guru juga bertugas untuk membimbing siswa. Sehingga, guru mempunyai falsafah pendidikannya sendiri.

Apa itu falsafah pendidikan guru? Falsafah pendidikan guru adalah pandangan tentang bagaimana seorang guru harus mengajar dan mengajarkan siswa. 

Falsafah ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, membangun hubungan saling percaya antara guru dan siswa, dan mengembangkan keterampilan siswa untuk mencapai tujuan akademik. 

Falsafah pendidikan guru juga menekankan pentingnya memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan berkesan bagi siswa.

Mengutip dari kemdikbud bahwa guru adalah tenaga pendidik yang bertugas mengajar, membimbing, dan melatih peserta didik agar dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. 

Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, karena ia merupakan pengelola proses pembelajaran dan pembimbing bagi peserta didik.

Bagaimana cara memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan berkesan bagi siswa?

1. Berikan materi yang relevan dan bermakna. Pastikan bahwa materi yang Anda berikan memiliki relevansi dengan kehidupan siswa dan memiliki tujuan yang jelas.

2. Berikan kesempatan untuk berdiskusi. Diskusi dapat membantu siswa untuk mengeksplorasi ide-ide mereka dan mengembangkan pemahaman mereka tentang topik yang dibahas.

3. Berikan kesempatan untuk berlatih. Berikan siswa kesempatan untuk mencoba apa yang mereka pelajari dengan cara berlatih dan mengerjakan tugas-tugas praktis.

4. Berikan umpan balik yang bermanfaat. Umpan balik yang bermanfaat dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang topik yang dibahas dan membantu mereka untuk mencapai tujuan belajar mereka.

5. Berikan kesempatan untuk berbagi pengalaman. Berikan siswa kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka dengan teman sekelasnya. 

Sehingga mereka dapat belajar satu sama lain dan meningkatkan kemampuan mereka untuk bekerja sama.

Guru harus memahami karakteristik lingkungan tempat tinggal siswa. Sehingga, guru mampu untuk memberikan gambaran nyata kepada siswa terkait materi yang sedang dibahas.

Dengan memanfaatkan keadaan lingkungan sekitar siswa, maka pembelajaran bermakna menjadi efektif karena siswa punya pengalaman yang nyata.

Selain itu, guru menjadi dipermudah untuk memberikan contoh yang kongkrit. Guru hanya perlu membimbing siswa untuk mengenali ilmu pengetahuan apa yang selama ini siswa alami di dalam kegiatan sehari-hari mereka.


Penghancur Diri Paling Ampuh Yang Jarang Disadari

Penghancur Diri Paling Ampuh Yang Jarang Disadari

 

Penghancur Diri Paling Ampuh Yang Jarang Disadari
Berpikir maka aku ada (cogito ergosum) sebuah ungkapan dari filsuf besar Prancis abad pertengahan, Rene Descartes. Ungkapan ini yang kemudian dianggap membawa kebangkitan bagi ilmu pengetahuan Eropa setelah sekian lama dikungkung oleh dogma gereja.

Berpikir menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk yang berpikir. Konsekuensinya, selama ia melakukan aktifitas berpikir, maka selama itu pula ia menjadikan dirinya sebagai manusia. 

Dengan kata lain, berpikir membuat seseorang meng-ada-kan kemanusiaannya. Lantas, apa yang disebut berpikir itu? Untuk menjawab pertanyaan akan dibahas pada kesempatan yang lain. 

Namun, yang akan penulis tekankan adalah seperti apa batas-batas seseorang di dalam aktifitasnya mengatakan bahwa itu adalah 'karena Aku berpikir'.

Ke-Aku-an harus bisa dijernihkan supaya tidak menjadi kontradiksi dari berfilsafat, yaitu bijaksana. Secara teoritis seseorang bisa dengan mudah mengatakan bahwa 'semua ini karena hasil pikiran saya'. 

Dengan kalimat yang lebih populer 'semua ini karena hasil kerja keras saya'. Namun, faktanya tidak selalu demikian. Berapa persen hasil pikiran yang telah mempengaruhi kehidupan anda?

Contoh paling mudah adalah tentang identitas diri. Seseorang tidak mungkin sanggup untuk memilih identitasnya sendiri. Orang yang paling jenius sekalipun, nyatanya ia tidak mampu memilih siapa dirinya. 

Hal ini menandakan bahwa 'berpikir' mempunya keterbatasan. Ada banyak hal yang tidak bisa ditembus oleh alam pikiran. Maka ke-Aku-an mau tidak mau harus pula direduksi sedemikian rupa menjadi sekedar 'yang bisa dirasa'. 

Berpikir diwujudkan dari apa yang dikecap oleh indera. Di luar itu, manusia tidak bisa apa-apa. Indera manusia sifatnya terbatas, sebagai contoh mata. 

Mata manusia tidak melihat sesuatu secara 360 derajat. Jarak pandangnya terbatas. Secara hukum ilmiah, hal ini tidak bisa dijadikan sebagai bukti valid terhadap pernyataan yang dihasilkan oleh mata. 

Demikian juga indera yang lainnya. Kesimpulan dari indera-indera ini belum bisa dijadikan sebagai sebuah kebenaran. Maka dari itu, manusia harus paham tentang kedudukannya terhadap sebuah kebenaran. 

Ketika manusia menjadikan inderanya sebagai sumber kebenaran, maka yang terjadi ke-Aku-an membawa dirinya kepada lingkaran kebodohan. Ia hanya bermain-bermain terhadap prasangkanya sendiri. 

Pengetahuan sulit mmemasuki alam pikirannya dikarenakan ia merasa cukup terhadap apa yang sudah dimilikinya. Sementara itu, waktu sebagai penanda eksistensi terus-menerus berjalan. 


Source image: pixabay.com
EPISTEMOLOGI ISLAM

EPISTEMOLOGI ISLAM


Ilustrasi model pengajaran di dalam Islam

Hampir semua agama-agama yang mempunyai kitab suci, mesti ada kesamaan dalam pola pikir dan permasalahan-masalahnnya. Mulai dari perbedaan aliran, pendapat, dan lain sebagainya.

"Terorisme adalah mood of thought."

Dalam Islam, ‘tahu’ ada hirarkinya. Muktazilah punya dua cabang ‘politik’ dan ‘intelektual’. Dan yang berkembang dari cabang intelektual. Fenomena ini yang mendasari kehancuran sunny di Irak.

Menurut Qadhy abdul Jabar (Tokoh Muktazilah) Tentang Tahu, yaitu:

Jahl
Tidak paham hakekat yang diketahui. Sebenarnya tidak tahu. Tahu  level pertama. Jahl menurut Al-ghozali: ‘Tidak tahu tapi merasa tahu’.

Taqlid
Tidak tahu tapi dia tahu kalau dia tidak tahu. Maka sebagai jalan keluarnya dia mengikuti sesuatu atau orang lain. Taqlid merupakan tahu level kedua. Karena untuk tahu kepada siapa yang pantas untuk diikuti juga membutuhkan pemahaman tersendiri.

Bukan Taqlid buta. Taklid itu natural. Seperti resep dokter dan sebagainya. Sains berkembang juga karena taklid. Karena mengikuti hasil penelitian sebelumnya.

Zann (Prasangka)
Belum sampai ke ilmu. Dalam kaitannya dengan agama terkait dengan Ittiba’ yang kemudian menjurus kepada taklid tapi dia mengetahui sebagaian dasar dari yang diikuti. 

Zann merupakan tahu level ketiga. Pengetahuan tanpa data konkrit, misalnya dengan mendengarkan musik akan membuat jiwa menjadi lembut, dll.

Di dalam Quran sudah dikatakan bahwa: ‘Inna ba’dho Dhonni Ismun’. Di dalam bahasa Ibnu taimun sebagian Zann itu gosip. Zann untuk orang itu Ghibbah.

‘Ilm (Makrifah)
Dalam bahasa arab baru, pengetahuan bukan sains. Cirinya makrifah ada 2, yaitu:

1. Ada bukti objektifnya. ‘Ala Ma Huwa Bihi. Korespondensi. kesesuaian antara preposisi dan kenyataannya.

2. Aspek Sukun al nafs. Tenangnya jiwa. Kriteria subjektif, bukan jangan-jangan, masih mengejar-ngejar dan lain sebagainya.

Antara Zann dan Makrifat beda tipis. Kadang-kadang bisa keliru. 

Sumber-Sumber Pengetahuan di dalam Epistemologi Islam

Di barat (Eropa), asumsi-asumsinya cenderung positivistik. Percaya pada realitas empiris dan memakai analitis rasional. Dan tidak terlalu konsen dengan Metafisik.  Maksusat dan Makkulat. Menurut barat, aspek metafisik adalah Meaningless, pasti—tidak—pasti. Artinya Spekulasi. 

Coopel mengkritiknya “walaupun meaningless tapi pasti secara fungsional pasti ada gunanya”. Demikian halnya dengan agama.

Selain realitas dan akal, di dalam islam juga menambahkan Khabar yang dianggap otoritas (Kaitannya dengan Nash). Dalam khabar yang dipercaya ada 3 jenis:

a. Mau gak mau harus percaya, lewat manusia, cirinya:

1. Orang yang mengasih tahu yakin, pasti, melihat sendiri, dll. Otoritatif. Punya pengetahuan langsung.

2. Jika yang meriwayatkan lebih dari 4 orang.

3. Ada bukti nyata. Ada data empiris. Korespondensi. Tidak perlu dilihat pembawanya.

b. Lewat referensi. Istidlal. Cara berfikir inferensial.

Sebuah pernyataan yang sumbernya diyakini benar. Misalkan Quran dan hadits. Atau dinyatakan oleh ahlinya. Atau ada bukti konstekstual.

c. Khabar Wahid. hadits Ahad. Orang ke orang. 

3 Metode Pengetahuan di Dalam Epistemologi Islam

1. Bayani : Ilmu2 tentang bayan. Membahas yang berhubungan tentang Teks. Karena sumber otoritatif dasarnya adalah teks.

2. Irfani  : Intuitif. Pengalaman langsung. Namanya Ilmu Khudluri (sifatnya pengalaman langsung, hadir di dalam dirimu). Know How.

3. Burhani: Memakai akal, rasio, analisis, konsep. Namanya Ilmu Khushuli (sifatnya deskriptif). Know That.

Wahyu kauniyah: Irfani dan Burhani. Wahyu Qouliyah: Bayani

1. Bayani
Bayani adalah nalar paling dasar dalam islam. Sumbernya:

a. Teks, Nash, Wahyu. Nalarnya grafis. Cara mengujinya dengan cara inferensial. Dicek referensinya.  Otoritas teks.

      b. Khabar. Ijma’, yaitu toritas person.
Metodenya: ijtihadiyah, istidlaliyah, istinbatiyah, istintajiyah, dll.

Ijtihadiyah 

Mengambil prinsip Nash kemudian mengeluarkan ide baru. Polanya kreatif. Islam mandek karena pintu ijtihad ditutup. Ijtihad jika benar pahala dua, jika salah pahalanya satu.

Istinbath 

Setia dengan bunyi teks kemudian dicari derivasinya. Misalkan tentang adil dalam memperistri empat. Merumuskan norma, hukum berdasarkan teks. Banyak ayat quran secara simbolik.

Istintajiyah

Merupakan metode Deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari bunyi teks. Misalkan ayat hargailah orang tuamu. Hargailah orang lain. Pertimbangan culture, dan lain sebagainya.

Istidlaliyah

Merupakan metode Induksi, yaitu mmbuat abstraksi dari teks khusus, dari hidup sehari-hari kemudian dicarikan ayatnya.


   c. Qiyas (Qiyas Ghaib ‘ala Syahid), yaitu metode Analogi. Ada kedekatan jenis, dan lain sebagainya. Misalnya Khammr. Kebanyakan dalam agama adalah ghoib. Metafisika. Eskatologi membutuhkan media pemahaman.  Menggunakan yang kelihatan (Syahid) untuk memahami yang ghoib.

Fungsi dan peran Akal dalam bayani.

1. Sebagai pengekang/ pengatur hawa nafsu. Biar tidak memanipulasi ataupun memperkosa ayat untuk kepentingan sendiri maupun golongan.

2. Justifikasi. Akal menyetujui ayat. Contoh mencuri, dll.

3. Repetitif.

4. Taqlidi.

5. Penguatan kebenaran (otoritas teks). Munculnya ilmu kalam.


2. Irfani

a. Experince. Intuitif.

b. Al-Ru’yah al-Mubasyirah. Dalam tasawuf. Ilmu yang diberikan langsung oleh Allah. Laduni, dll.

c. Direct Experience. Ilmu Hudluri. Kaitannya dengan rasa.

Metode Irfani:

a. Al-Dzauqiyah (al-tarjih al bathiniyah)

b. Al-Riyadlah. Latihan. Uzlah, dll.

c. Mujahadah

d. al-kasyfiyyah. Terbuka mata bathin.

e. al-Isyroqiyah.

f. al-laduniyah

g. penghayatan bathin. Tasawuf.

Fungsi dan peran akal dalam irfani

Partisipatif. Al-hads Wa al-wijdan bila washithoh; bila hijab. Seperti ember yang siap menerima pengetahuan. Tipe Argumennya: ‘atifiyyah – wijdaniyyah Spirituality (esoteric).

Sumber Burhani

Realitas/ Al-Waqi’ (alam, sosial, Human). Ilmu Hushuli. Ilmu di sekolahan. Sifatnya deskriptif. Tidak ada jaminan akan berpengaruh di dalam hidup yang nyata. Relevan dan tidak.

Metode dan prosedur burhani:

a. Abstraksi, yaitu berpikir Konseptual. Naik dari fakta menuju konsep. Pembacaan simbol. Emmanuel Kant pernah membahasanya dalam cerita Bola.

b. bahtsiyah, yaitu Diskursif (berpikir rasional).

c. tahliliyah, yaitu metode Analistis.

d. Naqdiyah (al-muhkamah al- aqliyah), yaitu metode Kritis.

Fungsi dan peran akal Burhani:

Heuristik – analitik – kritis yang puncaknya adalah membuat konsep baru, membuat  argumen, mengkritisi. idraku al- sabab wa al- musabbab. Sebab—akibat. Percaya kausalitas.

David hume tidak percaya sebab-akibat. Ia menerangkannya dalam sebuah Cerita benjolan dan pukulan.

Menurut Ghozali: sebab-akibat itu tidak pasti. Ada intervensi Allah.

Tipe Argumen Burhani, yaitu Demonstratif (Eksploratif, yaitu penjelajahan objek, verifikatif yaitu pembuktian benar dan salah, Eksplanatif, yaitu penjelasan apa adanya). Rasional—empiris.

Pendapat Henry Backon tenntang Intuisi, "Continuity and change. Tidak ada keorisinalitasan dalam ilmuan."

Islam mengambil realismenya Aristoteles. Melalui helenismenya Alexander the great.

Menu Navigasi Utama

Formulir Kontak